Lewat WA, seseorang bertanya kepada saya sbb : Dalam beberapa kesempatan saya mendengar Raja Parhata mengatakan Inanta Namora Boru, namun dilain kesempatan Raja Parhata tersebut juga menyebut Inanta Soripada.
Apa perbedaan maupun persamaannya dan bagaimana “pangantusion” (pemahaman) akan sebutan itu ?
Saya sudah coba cari penjelasan akan hal itu namun belum ada yang memberi jawaban, bahkan ke Raja Parhata tersebut saya tanyakan namun saya tidak mendapatkan jawaban malahan mengalihkan pembicaraan.
Saya berharap amang St. Sampe Sitorus berkenan memberi penjelasan. 🙏
RESPON ATAS PERTANYAAN
Penasaran akan pertanyaan itu saya mencoba memberi penjelasan berdasarkan pemahaman yang pernah saya terima, sbb:
Inang Namora Boru adalah sebutan kehormatan kepada kaum perempuan yang sudah berumah tangga. Sering didengar dalam acara adat ketika sesorang “marhuhuasi” memulai pembicaraan, misal : amang Raja, inang Namora Boru. Sebutan Inang Namora Boru berlaku umum untuk semua kalangan partuturon.
Untuk kalangan khusus seperti “parumaen” menantu dan boru disebut Inang Namora i.
Inang Soripada.
Ada falsafah Batak mengatakan, “raja pe ama pinaraja ni ina”.
Seorang suami terhormat atas peran istrinya. Peran istri sangat besar memberikan dorongan kepada suami agar layak terhormat dihadapan publik. Berdasarkan hal itulah perempuan disebut soripada. Perempuan yang mengekang peran suami di masyarakat akan memenggal kemampuannya berperan di tengah masyarakat.
Tidak ada Raja tanpa Soripada dan sebaliknya.
Perempuan yang menunjukkan perannya sebagai pengasuh, pengayom, pembaharu dalam kehidupan, mampu menimbang dalam permasalahan, inilah yang kemudian yang berhak “martali-tali bonang”. Dia juga disebut “soripada mulia”.
Kesimpulan:
Inang Namora Boru adalah sebutan penghormatan kepada semua perempuan yang sudah berkeluarga, sedangkan Inang Soripada adalah sebutan kepada perempuan yang sudah berkeluarga dan pasti orang yang berkhidmat, menjadi penopang, penolong bagi suaminya dalam kehidupan sosial dan bermasyarakat.
Dengan demikian sebutan Inang Soripada lebih terhormat, sudah bentuk pengakuan atas peran serta para istri atas sukses suaminya.
Ingat dibalik suami yang sukses ada istri tangguh dan hebat yang menopangnya (secara rohani kita maknai tiang doa bagi rumah tangganya).
Tidak salah menyebut Inang Namora Boru bila itu adalah sapaan awal (marhuhuasi) untuk kalangan umum, namun akan lebih terhormat bila selanjutnya menyebut Inang Soripada, karena itu sudah pasti penghormatan kepada para istri raja (orang terhormat).
Tabe mardongan olopolop.
St. Sampe Sitorus/br Sitanggang (A. Hitado Managam).
Referensi:
1. Panuturion ni natuatua.
2. http://tanobatak.wordpress.com